HUMAS IA, AMBON – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon menggelar Seminar Internasional bertajuk “g Seminar ini berlangsung di Ruang Aula Rektorat IAIN Ambon, Selasa, 15 April 2025.

Kegiatan ini menjadi ajang penting untuk memperdalam pemahaman mengenai isu-isu sosial pasca-konflik dan pentingnya dialog antaragama dalam membangun perdamaian yang berkelanjutan, terutama di Maluku yang rawan sengketa konflik antar warga.

Seminar yang dimoderatori oleh Wakil Direktur Pascasarjana IAIN Ambon, Dr. Abdul Manaf Tubaka, M.Si ini, menghadirkan dua terkemuka di bidang studi sosial dan keagamaan. Keduanya adalah, Prof. Dr. Volker Kuster dari Johannes Gutenberg University Mainz, Jerman, dan Dr. Ichsan Malik, M.Si dari Universitas Pertahanan Indonesia. Keduanya menyampaikan pemaparan mendalam terkait dinamika konflik dan relasi sosial dalam masyarakat majemuk secara agama dan budaya.

Rektor IAIN Ambon, Dr. Abidin Wakano, M.Ag dalam sambutannya menyatakan, pentingnya forum akademik lintas negara dan budaya dalam merespons tantangan kebangsaan dan isu-isu global. Ia menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas kehadiran para narasumber, khususnya kepada Dr. Ichsan Malik yang dikenal luas sebagai tokoh perdamaian nasional, serta Prof. Valker.

Menurut Rektor, Ichsan memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam memaparkan pendekatan psikologi konflik dengan fokus pada tantangan segregasi sosial pasca-konflik.

Kata Abidin yang juga tokoh rekonsiliasi perdamaian Maluku ini, generasi muda saat ini tumbuh dalam lingkungan sosial yang makin eksklusif, sehingga pendidikan tinggi perlu menjadi ruang terbuka bagi inklusi sosial dan nilai-nilai keberagaman.

Sementara itu, Prof. Volker menyoroti pentingnya dialog antaragama sebagai jalan membangun harmoni sosial. Menurut Rektor, dialog bukan sekadar debat teologis, tetapi dialog kehidupan—yakni kerja sama antarumat beragama dalam menghadapi persoalan nyata seperti kemiskinan dan ketidakadilan, jauh lebih penting. “Tidak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian antaragama. Tidak ada perdamaian antaragama tanpa dialog antaragama.”

Seminar ini awalnya dirancang sebagai kuliah tamu, namun karena tingginya antusiasme dan relevansi tematik, kegiatan ini kemudian ditingkatkan menjadi seminar internasional. Selain memperkaya wawasan akademik, acara ini juga memberikan kontribusi penting dalam mendukung peningkatan akreditasi IAIN Ambon secara umum.

Rektor juga mengisahkan sedikit tentang sejarah kelam konflik komunal di Maluku yang menelan puluhan ribu korban jiwa. Meski data resmi tidak pernah dipublikasikan, upaya literasi damai terus digalakkan, salah satunya melalui buku Cerita Orang Basudara, karya almarhum Rizal Panggabean dan Dr. Ichsan Malik, yang kini menjadi rujukan internasional dalam studi rekonsiliasi.

Sebagai bagian dari penyembuhan luka sejarah, Kementerian Agama RI, kata Rektor, termasuk IAIN Ambon kini tengah mengembangkan konsep Kurikulum Cinta yang mencakup cinta kepada Tuhan Yang Rahman dan Rahim, cinta kepada sesama manusia, cinta kepada bangsa dan tanah air, serta cinta kepada lingkungan hidup atau eko-teologi.

“Segregasi mental tidak bisa diatasi hanya dengan pendekatan struktural. Kita butuh pendekatan kultural, pendekatan orang basudara,” tegas Rektor IAIN Ambon.

Seminar internasional ini ditutup dengan harapan besar: agar semangat dialog, rekonsiliasi, dan persaudaraan yang tumbuh di Maluku dapat menjadi inspirasi perdamaian bagi Indonesia dan dunia, bukan sekadar serimonial. (***)