Menyambut Hari Jadi Pariwisata Internasional 27 September 2025
Catatan : Farid Said | Dosen Politeknik Pariwisata Makassar
Pada abad ke-15, Banda Neira mengemban peran krusial sebagai pusat gravitasi perdagangan rempah global. Wilayah ini secara spesifik menjadi simpul utama bagi komoditas pala, yang dikelola dan diperdagangkan secara dominan oleh para saudagar dari Cina dan Arab, Inggris dan spanyol. Posisi Banda Neira yang strategis dan nilai ekonomis pala yang tinggi menjadikannya objek kontestasi geopolitik, memicu persaingan sengit antara kekuatan maritim Eropa, termasuk Portugis, Inggris, dan Belanda.
Di awal abad ke-17, Belanda berhasil mengkonsolidasikan kekuasaannya atas Banda Neira melalui serangkaian tindakan represif. Penaklukan ini ditandai oleh kekerasan sistematis dan penetapan monopoli perdagangan yang ketat, secara efektif mengeliminasi kompetitor dan mengendalikan sepenuhnya aliran komoditas rempah. Selain sebagai panggung tragedi kolonial, Banda Neira juga tercatat dalam narasi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sumber-sumber historis yang relevan mengenai periode ini antara lain buku Nathaniel’s Nutmeg: Or, The True and Incredible Adventures of the Spice Trader Who Changed the Course of History (1999) karya Giles Milton, yang secara mendalam menceritakan perebutan kekuasaan dan tragedi di Banda. Serta karya Vincent C.M. de Jong yang membahas lebih lanjut mengenai sejarah kolonial di Maluku.
Pada tahun 1936, pulau ini dijadikan lokasi pengasingan bagi tokoh-tokoh pergerakan nasional terkemuka, diantaranya Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir, yang menunjukkan peran ganda Banda Neira sebagai situs historis, baik dalam konteks eksploitasi kolonial maupun perlawanan terhadapnya. Namun dimasa pengasingan kedua tokoh tersebut mampu mengekspresikan ritual kemerdekaan yang melahirkan teks proklamasi kemerdekaan republik Indonesia di Banda Neira. Mereka tinggal di sana hingga tahun 1942. Pengasingan ini bukan tanpa alasan. Pemerintah kolonial melihat pemikiran dan tindakan mereka sebagai ancaman serius terhadap kekuasaan Belanda. Membaca dan Menulis: Hatta, yang dikenal sebagai “si kutu buku”, membawa 16 peti buku bersamanya. Ia menulis banyak artikel dan buku, termasuk buku-buku yang membahas ekonomi koperasi dan manifesto politik, yang dikirim secara diam-diam ke luar Banda.
Meskipun diasingkan, Banda Neira justru menjadi laboratorium intelektual bagi Hatta dan Sjahrir. Mereka tidak menyerah pada keterasingan. Sebaliknya, mereka memanfaatkan waktu tersebut untuk: Membuka Sekolah: Hatta dan Sjahrir mendirikan sekolah sore bagi anak-anak Banda Neira yang tidak memiliki akses pendidikan. Hatta mengajar mata pelajaran seperti membaca, menulis, aritmatika, dan bahasa Inggris, sementara Sjahrir mengajar anak-anak yang lebih muda dengan puisi puisinya melalui slogan Jangan Mati Sebelum ke Banda Neira. Salah satu murid mereka yang terkenal adalah Des Alwi, yang kemudian menjadi sejarawan dan diplomat, selain sebagai sejarawan beliau juga yang mempromosikan pariwisata Banda Neira melalui branding Banda Neira sebagai destinasi wisata bahari terkenal didunia oleh komunitas Diving dunia. Masa pengasingan Hatta dan Sjahrir di Banda Neira berakhir pada 1 Februari 1942, ketika ancaman invasi Jepang semakin nyata. Mereka kemudian dipindahkan ke Sukabumi, Jawa Barat. Setelah itu, perjuangan mereka berlanjut hingga mencapai puncaknya pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Hingga kini, jejak sejarah di Banda Neira dapat dilihat dari peninggalan bangunan-bangunan kolonial, termasuk Benteng Belgica dan Benteng Nassau, serta rumah-rumah pengasingan yang masih terawat. Banda Neira menjadi saksi bisu dari dua babak penting sejarah Indonesia: perjuangan untuk menguasai kekayaan alam dan perjuangan untuk mencapai kemerdekaan.
Banda Neira selain dikenal dengan wisata sejarahnya juga terdapat 17 jenis wisata budaya, agro wisata dengan kebun pala yang melegenda ditingkat dunia dan yang tak kalah menariknya Kepuluan Banda juga menjadi surganya para pecinta snorkeling dan diving, 9 spot diving dengan kejernihan air laut, pemandangan alam bawah laut yang luar biasa (IDN Times 2023), menjadikan Banda sebagai salah satu destinasi utama wisata bahari memiliki keaneka ragaman biota dan sepesis laut yang menambah jumlah daya Tarik wisata dikawasan Kepulauan Banda yang menggiurkan para tokoh dan artis berkunjung ke banda Neira pada masa itu seperti Lady Diana belajar diving pertama di Banda Neira, Mike Jager, Pangeran Benhard, Jacques Cousteau Penemu alat Scuba Diving pertama didunia. Diperkirakan terdapat empat kelompok pasar wisatawan manca negara dan domestik yang tertarik berkunjung ke kepulauan Banda seperti penyelam (Diver) Pendaki gunung berapi, pecinta Ekowisata dan peneliti budaya dan sejarah. kesemua potensi dan eksistensi dewasa ini belum mampu menstimulan pengunjung untuk datang ke kepulauan Banda terkendala aksesibilitas transportasi hal ini diungkapkan beberapa pendapat dari pemangku kepentingan (Stakeholder), namun hasil pengamatan kami, ada tiga hal yang menjadi permasalah pokok di kepulauan Banda yakni, Pertama : belum tersedianya kelembagaan pariwisata termasuk SDM pariwisata yang terampil dan kompeten, Kedua : lemahnya komitmen dari penentu kebijakan (Shareholder) mulai dari Legislatif dan eksekutif Gubernur, Bupati kepala dinas pariwisata, BAPPEDA untuk membangun destinasi pariwisata Banda Neira melalui perencanaan peta jalan yang bertahap, terarah dan berkelanjutan, Ketiga : Re-brending pariwisata Maluku menjadi “Pariwisata Budaya Maritim” untuk mengembalikan jati diri dan kejayaan pariwisata Banda dimasa lalu. Re-Brending adalah salah satu strategi promosi dalam bersaing dengan destinasi pariwisata lainnya untuk menarik pengunjung dapat dilakukan diantaranya pembuatan film seperti yang dilakukan Des Alwi hingga bisa mendatangkan tokoh tokoh dunia dimasa itu.
Pariwisata tidak bisa dijalankan oleh satu instansi karena 80 persen aktifitas pariwisata digerakkan oleh instansi dan sektor lain diluar pariwisata, olehnya itu perlu dijawab dua pertanyaan mendasar dalam akselerasi pembangunan pariwisata Maluku sebagai berikut : Apakah sudah melibatkan asosiasi pariwisata, sekolah pariwisata SMK, Perguruan Tinggi untuk membina SDM pariwisata lokal ? Pernakah ada komitmen hasil buah pikiran yang cemerlang untuk membangun pariwisata bersama Pemerintah provinsi dengan pemerintah Kabupaten/Kota dari hasil “Badati bangun pariwisata satu rasa, satu cita menuju cinta wisata budaya bahari” di Kepulauan Banda khususnya Banda Neira. Buat program bersama untuk bangun Pariwisata sebagai pemasukan asli daerah selain hasil perikanan dan Perkebunan. Dalam menggerakkan Pembangunan dimasa krisis dan efesiensi sekarang pemerintah daerah berfikir keras untuk lebih inovatif dan kreatif, Rias Rasyid pada Podcas Abraham Samad 21 Agustus 2025 mengatakan dalam konsep otonomi daerah tugas dan fungsi utama pemerintah daerah Adalah Pelayanan Publik, Pemberdayaan masyarakat dan Pembangunan infrastruktur, dalam kondisi sekarang kita fokus pada pelayanan publik dan mengangkat potensi dan eksistensi masyarakat pemberdayaan melalui kreatifitas dan inovasi mengembangkan kepariwisataan seperti peningkatan keterampilan pelayanan wisata dan memanfaatkan sumberdaya ekonomi kreatif yang ada untuk bisa dimanfaatkan sebagai produk lokal, pembangunan infrastruktur diperlukan namun lebih dibutuhkan adalah membangun fasilitas pariwisata yang melibatkan masyarakat dikawasan yang akan dibangun (Community Based Tourism), model konsep ini juga dilakukan di destinasi pariwisata terkemuka dalam dan luar negeri. Perlu dibuat kebijakan atau regulasi Pungutan PAD seperti di Rajampat oleh pemerintah daerah dan keterlibatan masyarakat agar terumbu karang tidak cepat rusak dan dimanfaatkan oleh operator diving (Liveaboard) dari luar untuk mencari keuntungan semata dan pada akhirnya daerah tidak banyak mendapatkan hasil PAD Kepulauan banda dari sektor pariwisata.
Membangun pariwisata tidak bisa sendiri sendiri harus bersama dengan tujuan yang sama baik Tingkat Provinsi, Kabupaten Kota sampai di pedesaan karena 75 persen sumber produk wisata berada di desa, pariwisata tidak mengenal batas wilayah dalam menawarkan produk wisata dan paket wisata peran industri pariwisata hotel. Travel, restoran, coffee, obyek wisata, Toko cendramata, dive center dan lainnya sebagai penggerak ekonomi daerah tidak bisa diabaikan karena mereka Adalah sumber PAD, jika mau melihat destinasi pariwisata Maluku dan Kabupaten Kota didalamnya mampu bersaing dengan destinasi pariwisata lainnya seperti Bali, Lombok dan Jogyakarta maka gunakan resep diatas. Kesemua hal diatas dapat berjalan dengan baik apabila dua pertanyaan diatas sudah terjawab dalam implementasi. Ayo mari katong Bersatu bangun Pariwisata Maluku untuk kesejahtraan rakyat. (***)