ALMULUKNEWS.COM.AMBON – Penyuluh Agama Islam (PAI) Kecamatan Baguala, Yahyah Narahaubun, S.Ag., setiap hari mengabdikan diri dengan pendidikan Al-Qur’an. Ia berkeliling dari satu Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) ke TPQ lainnya di Desa Waiheru untuk mengajarkan anak-anak membaca dan memahami Al-Qur’an.
Dalam keterangannya, Jumat (7/2), Yahyah menjelaskan bahwa tugasnya sebagai penyuluh agama Islam dilakukan secara bergilir setiap hari di empat TPQ dan satu majelis taklim di wilayah tersebut.
“Setiap hari saya mendatangi satu TPQ. Ada empat TPQ yang saya bina, yaitu TPQ Al-Muhaimin, TPQ Al-Juhruf, TPQ Al-Hijrah, dan TPQ Al-Hudah, serta satu Majelis Taklim, yakni MT Al-Hamid,” ungkap Yahyah.
Selain mengajar anak-anak membaca Al-Qur’an, ia juga memberikan pembinaan keagamaan kepada ibu-ibu di Majelis Taklim Al-Hamid.
Tantangan dan Harapan untuk Pendidikan Al-Qur’an, dalam menjalankan tugasnya, Yahyah menghadapi sejumlah tantangan, terutama dalam metode pembelajaran. Ia mengungkapkan bahwa metode Baladiyah yang digunakan membutuhkan waktu lama agar anak-anak dapat memahami bacaan Al-Qur’an dengan baik.
“Kalau anak-anak malas mengaji, itu menjadi kendala utama. Pola pembelajaran ini membutuhkan keseriusan dan kedisiplinan,” jelasnya.
Meski kebutuhan Al-Qur’an di TPQ sudah terpenuhi, ia menilai sistem pendidikan yang diterapkan di beberapa TPQ masih belum maksimal. Oleh karena itu, ia berharap ada perhatian lebih terhadap peningkatan metode pembelajaran agar pendidikan Al-Qur’an di wilayah tersebut semakin efektif.
Dengan dedikasi tinggi, Yahyah Narahaubun terus berupaya membangun generasi Qur’ani di Kecamatan Baguala, demi mencetak anak-anak yang tidak hanya fasih membaca Al-Qur’an, tetapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Dalam menjalankan tugasnya, Yahyah menghadapi sejumlah tantangan, terutama dalam metode pembelajaran. Ia mengungkapkan bahwa metode Baladiyah yang digunakan membutuhkan waktu lama agar anak-anak dapat memahami bacaan Al-Qur’an dengan baik.
“Kalau anak-anak malas mengaji, itu menjadi kendala utama. Pola pembelajaran ini membutuhkan keseriusan dan kedisiplinan,” jelasnya.
Meski kebutuhan Al-Qur’an di TPQ sudah terpenuhi, ia menilai sistem pendidikan yang diterapkan di beberapa TPQ masih belum maksimal. Oleh karena itu, ia berharap ada perhatian lebih terhadap peningkatan metode pembelajaran agar pendidikan Al-Qur’an di wilayah tersebut semakin efektif.
Dengan dedikasi tinggi, Yahyah Narahaubun terus berupaya membangun generasi Qur’ani di Kecamatan Baguala, demi mencetak anak-anak yang tidak hanya fasih membaca Al-Qur’an, tetapi juga memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.