ALMULUKNEWS.COM, AMBON, — Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon menggelar Diskusi Publik Nasional dengan tema utama Refleksi 26 Tahun Bina Damai di Mauku, di Aula Rektorat IAIN Ambon, Jumat, 17 Januari 2025.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber; Prof. Dr. Hasbollah Toisuta, dosen sekaligus tokoh kesepakatan perdamaian Maluku di Malino, Prof. Dr. Johny Ch. Ruhulessin, Dr. Budhy Munawar Rachman, Pdt. Dr. Jacky Manuputty dan RD. Ignatius S.S. Refo, serta dimoderatori oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama IAIN Ambon, Dr. Saidin Ernas.

Diskusi Publik Nasional yang dibuka secara resmi oleh Rektor IAIN Ambon, Dr. Abidin Wakano, M.Ag ini mendapat ansusias luar biasa dari ratusan mahasiswa yang turut hadir.

Dr. Abidin dalam sambutannya menyatakan, acara ini merupakan bagian dari upaya IAIN Ambon untuk terus menghidupkan semangat perdamaian di Maluku, sebagaimana amanat Menteri Agama Republik Indonesia.

Sesuai amanat Menteri Agama RI, ketika dirinya dilantik menjadi Rektor, kata Abidin, bahwa tugas utama kampus adalah menjadi kekuatan perekat sosial. “Menteri Agama berpesan agar IAIN Ambon tidak hanya menjadi institusi akademik, tetapi juga berkontribusi nyata dalam merawat keberagaman dan menjaga kedamaian di bumi Maluku,” ujarnya.

Dr. Abidin mengulas kembali peristiwa tragis 19 Januari 1999, yang menjadi salah satu konflik sipil terbesar di abad ini. Konflik tersebut telah menyebabkan ribuan jiwa menjadi korban, kerusakan infrastruktur, serta eksodus besar-besaran warga dari Maluku. Bahkan, berdasarkan data Bank Indonesia kala itu, Maluku mencatat defisit ekonomi hingga -27%, angka yang belum pernah terjadi di berbagai wilayah lain.

Namun, di balik luka tersebut, Maluku mampu bangkit lebih cepat dari prediksi banyak pihak. “Banyak yang memperkirakan Maluku membutuhkan setengah abad untuk pulih, tapi konflik ini bisa berakhir pulih di tahun 2005. Bahkan, pada tahun 2018, Maluku mencatatkan prestasi sebagai salah satu provinsi dengan indeks kerukunan terbaik di Indonesia,” ungkapnya.

Dr. Abidin juga menyoroti pentingnya membangun kembali relasi sosial antarumat beragama. Ia menyesalkan bahwa segregasi sosial akibat konflik telah menghilangkan tradisi lokal yang kaya akan nilai kebersamaan, seperti tolong-menolong antarwarga lintas agama. “Mahasiswa hari ini harus mewarisi cerita damai, bukan cerita konflik. Kedamaian adalah kekuatan kita untuk membangun masa depan Maluku,” tegasnya.

Dalam diskusi ini, IAIN Ambon menghadirkan tokoh-tokoh yang telah berkontribusi besar dalam proses bina damai. Acara ini bukan untuk mengenang konflik, tetapi untuk merefleksikan proses panjang menuju perdamaian yang berkelanjutan. “Selama manusia masih memiliki kebutuhan dan ambisi, potensi konflik akan selalu ada. Karena itu, pendidikan sensitif terhadap kemanusiaan, perdamaian, dan keadilan harus terus diperkuat,” tambahnya.

Dr. Abidin mengakhiri sambutannya dengan seruan agar semua pihak bergandengan tangan menghadapi tantangan bersama, seperti peredaran narkoba secara massif, korupsi, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan. “Katong tidak mewarisi cerita konflik, tapi cerita damai. Itulah warisan terbesar yang harus kita jaga,” pungkasnya.

Acara ini menjadi momentum penting bagi generasi muda Maluku untuk memahami pentingnya perdamaian sebagai fondasi membangun masa depan yang lebih baik. (al)